penabanten.com, Lebak – Mahasiswa yang tergabung ke dalam Gerakan Mahasiswa Nasional (GMNI) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kabupaten Lebak, mendatangi kantor Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divisi Regional (Sub Divre) Lebak-Pandeglang.
Dalam aksinya, belasan aktivis mahasiswa tersebut, mempertanyakan soal jadwal pengiriman bantuan beras untuk Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM PKH), untuk alokasi Agustus hingga September tahun ini, serta kualitas beras terkirim ke KPM berupa beras medium, yang konon nenurut mereka seharusnya beras kualitas premium.
Ditegaskan Giandang, aktivis GMNI Cabang Lebak, yang meragukan soal mepetnya jadwal pengiriman kuota beras bantuan Agustus-September, yang dilakukan transporter PT BGR Expres.
Mengingat waktu pendistribusian tinggal dua hari lagi, selain itu mengacu pada instruksi Direktur Utama Bulog Budi Waseso, bahwa Bulog tidak akan lagi mengirim beras bantuan kualitas medium, akan tetapi beras dengan kualitas premium.
“Karena itu, Kami patut mempertanyakan, apakah PT BGR Exores yang tidak siap menyalurkan beras bantuan KPM, atau bagaimana, bagaimana mungkin dalam waktu dua hari lagi beras akan tersalurkan ke 28 Kecamatan di Lebak. Selain itu, beras bantuan yang dikirim Bulog beras medium, artinya Bulog Lebak-Pandeglang tak menjalankan instruksi pimpinannya sendiri, ” katannya, Senin (28/9/2020).
Merespon hal itu, Meita Novarini memaparkan, terkait mepetnya jadwal pendistribusian beras bantuan KPM PKH ke 28 Kecamatan tersebut. Lantaran sebelum disalurkan, pihaknya harus melakukan launcing bantuan itu terlebih dahulu, baru pasca surat dari Kemensos turun pekan lalu, maka Selasa 22 September 2020 kemarin, pihaknya langsung melauncing bantuan itu bersama Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Lebak.
“Saat launcing, Kepala Dinas Sosial Lebak turut melepas armada angkutannya. Intinya, soal keraguan kawan-kawan mahasiswa soal kemampuan pendistribusian beras bantuan ke 28 Kecamatan di Lebak, ya tentunya Kami tinggal mempertegas saja koordinasi dengan PT.BGR Expres selaku transporter, intinya Kami optimis beras bantuan dapat tersalurkan di 28 Kecamatan dengan baik,” terangnya.
Sedangkan, terkait Bulog menyuplai beras medium bukan premium, sebab beras medium merupakan beras yang berasal dari gabah produksi petani lokal pula, artinya dengan membeli hasil produksi gabah lokal. Maka secara otomatis, turut memberdayakan hasil panen petani lokal, karena Bulog membeli hasil gabah petani dengan harga yang pantas.
“Terlebih di era Pandemi Covid 19, bukan saja mayarakat kota saja yang terdampak. Namun petani pun tentunya harus Kita perhatikan nasib perekonomiannya, maka dengan membeli hasil panen mereka, dengan sendirinya ini, mendorong stabilitas pendapatan bagi petani lokal itu sendiri, selain itu Bulog mampu mempertahankan stok pangan nasional tanpa mengabaikan nasib para petaninya,” ujar Meita. (Yans)