Penabanten.com, Tangerang – Program bedah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang tengah gencar dilaksanakan di Kabupaten Tangerang menghadapi sorotan.
Di balik niat mulia membantu masyarakat, muncul temuan lapangan yang mengindikasikan adanya perbedaan dalam progres dan kualitas pengerjaan. Salah satu lokasi yang menjadi fokus adalah Desa Pasanggrahan, Kecamatan Solear.
Tim Media Center Jayanti (MCJ) dalam investigasinya menemukan situasi kontras di wilayah tersebut. Di Kampung Cibogo, RT 002/RW 004, Desa Pasanggrahan, informasi dari Ketua RT setempat, Ibu Lina, mengonfirmasi bahwa empat warganya telah terdaftar sebagai penerima bantuan RTLH.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, disayangkan, hingga saat ini belum ada tanda-tanda pengerjaan fisik di lokasi tersebut, meninggalkan pertanyaan besar bagi para penerima manfaat.
Berbeda halnya dengan Kampung Munjul Tegal, RT 01/RW 007, di desa yang sama.
Di lokasi ini, tim menemukan sebuah rumah yang tengah dibangun melalui program RTLH. Pemilik rumah, Ibu Lina (45), seorang ibu dengan lima anak yang berjuang tanpa suami dan mengandalkan uluran tangan dari anak-anaknya yang telah dewasa, mengungkapkan rasa syukurnya.
Rumahnya telah dikerjakan selama tiga minggu, berkat pengajuan dari adik iparnya. Ini adalah kali pertama ia merasakan bantuan pemerintah. Ibu Lina juga menambahkan bahwa lantai rumahnya hanya akan diplester, tanpa keramik.
Namun, pengamatan mendalam di lokasi pembangunan rumah Ibu Lina memunculkan kekhawatiran serius terkait kualitas.
Beberapa aspek konstruksi terkesan kurang profesional, seperti terlihatnya tembok ampig yang miring, pemasangan bata selkon yang tidak rapi, serta tiang coran yang dinilai kurang padat atau “kurang isi.” Temuan ini memicu tanda tanya besar terhadap standar pelaksanaan proyek RTLH yang seharusnya memberikan hunian layak dan aman bagi warga.
Hingga berita ini diturunkan, upaya konfirmasi kepada pihak pelaksana pembangunan bedah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) belum berhasil dilakukan