Penabanten.com, Serang – Baru menjabat Kapolda Banten Brigjen Pol Tomsi Tohir langsung melaksanakan tugas dengan menghadiri peresmian salah satu Industri di Cilegon, Kamis (29/11) PT. Synthetic Ruber Indonesia (PT. SRI) yang diresmikan langsung oleh Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto.
Kegiatan diawali dengan peninjauan dan pengecekan Lokasi PT. Synthetic Ruber Indonesia (PT. SRI) Ciwandan oleh Menteri Perindustrian RI beserta rombongan.
Dalam Sambutannya Presiden Direktur PT. Synthetic Ruber Indonesia Mr. Bradlay R Karas mengucapkan terima kasih kepada Menteri Perindustrian RI dan para tamu undangan yang telah hadir dalam kegiatan ini dimana Hari ini merupakan hari bahagia bagi dapat berkumpul dalam rangka Peresmian PT. Synthetic Ruber Indonesia (PT. SRI).
Ia mengungkapkan PT. SRI melaksanakan proses pembangunan sampai dengan Peresmian ini memerlukan waktu sekitar 5 tahun, dimana PT. SRI merupakan pabrik pertama di Indonesia yang dapat memproduksi bahan baku ban yang ramah lingkungan, menggunakan teknologi ekslusif milik Michelin.
“Ini merupakan suatu capaian baru bagi kami dengan terselesaikannya pembangunan pabrik, sekarang kami dapat memenuhi permintaan akan bahan baku ban dan mengurangi jumlah Impor bahan baku,” katanya.
Diketahui, PT. SRI merupakan perusahaan Joint Venture (Kerjasama) antara Michelin dan PT. Chandra Asri Petrochemical yang memiliki total investasi sebesar US$ 435 Juta dengan komposisi kepemilikan saham masing-masing sebesar 55% dan 45%.
Ditempat yang sama, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengapresiasi kepada PT. Synthetic Rubber Indonesia yang telah membangun pabrik karet sintetis di Indonesia untuk memenuhi permintaan domestik maupun Global.
“Kita pahami bersama bahwa sektor industi dituntut untuk menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional karena sektor industri berperan penting dalam menciptakan nilai tambah, perolehan devisa dan penyerapan tenaga kerja yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Ia menyampaikan pada tahun 2017, sektor industri pengolahan non-migas tumbuh sebesar 4,84%, sedikit dibawah angka penumbuhan ekonomi tahun 2017 yang mencapai 5,07%. Kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas merupakan penyumbang terbesar terhadap PDB nasional yang mencapai angka 17.88% atau sekitar Rp. 2.430 Triliun. Industri kimia sendiri mampu memberikan kontribusi sebesar 1.25% terhadap PDB nasional.
Dalam menghadapi berbagai tantangan sebagai akibat dari perdagangan bebas serta untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi, Pemerintah terus berupaya mendorong berkembangnya sektor industri yang berdaya saing tinggi dengan menciptakan iklim usaha yang atraktif.
Pengembangan sektor industri pengolahan difokuskan pada penguatan rantai pasok untuk menjamin ketersediaan bahan baku dan energi yang berkesinambungan dan terjangkau sesuai amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
Dalam rangka meningkatkan daya saing industri nasional, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian telah melakukan upayaupaya antara lain dengan memberikan insentif tiskal seperti skema Tax Allowance serta Tax Holiday, melakukan upaya pengendalian impor dan pengamanan pasar dalam negeri, optimalisasi pemanfaatan pasar dalam negeri dan pasar ekspor serta Program Peningkatan Produksi Dalam Negeri (P3DN).
“Pemerintah juga mendorong pembangunan industri berbasis sumber daya alam yang dikembangkan mendekati sumber bahan baku dan diarahkan untuk dapat dikembangkan di wilayahwilayah lain yang belum dioptimalkan,” katanya.
Saat ini Revolusi lndustri sudah mencapai generasi 4.0 yaitu adanya integritas antara dunia digital dengan produksi industri untuk meningkatkan efisiensi nilai proses industri. Oleh karena itu, Pemerintah telah berkomitmen untuk membangun industri manufaktur yang berdaya saing global melalui percepatan implementasi lndustri 4.0. Hal ini ditandai dengan ‘peluncuran Making Indonesia 4.0 pada tanggal 4 April 2018 oleh Presiden Joko Widodo sebagai sebuah peta jalan dan strategi Indonesia memasuki era digital yang tengah berjalan saat ini.
Implementasi Making Indonesia 4.0 yang sukses akan mampu mendorong pertumbuhan PDB riil sebesar 1-2 persen per tahun. sehingga pertumbuhan PDB per tahun akan naik dari baseline sebesar 5 persen menjadi 6-7 persen pada periode tahun 2018-2030. Dari capaian tersebut, industri manufaktur akan borkontrlbusl sebesar 21-26 persen terhadap PDB pada tahun 2030.
Baca Juga : Tiga Spesialis Curanmor Tersungkur Dihujani Timah Panas Polisi
Selanjutnya, pertumbuhan PDB diproyeksi akan naik secara signifnkan pada ekspor netto, di mana Indonesia diperkirakan mencapai 5-10 persen rasio ekspor netto terhadap PDB pada tahun 2030.
Selain kenaikan produktivitas, Making Indonesia 4.0 menjanjikan pembukaan lapangan pekerjaan sebanyak 7-19 juta orang, baik di sektor manufaktur maupun non-manufaktur pada tahun 2030 sebagai akibat dari permintaan ekspor yang lebih besar.
“Dengan kapasitas produksi mencapai 120.000 Ton/tahun, kami mengharapkan PT. Synthetic Rubber Indonesia dapat memenuhi pasar domestik sehingga meningkatkan hilirisasi industri pengguna karet sintetis dan mengembangkan pasar ekspor,” tutupnya. (Man)