Penabanten.com, Tangerang,- Lapak limbah di Kampung Sarakan RT 01/ RW 08,Desa Pisangan Jaya, Kecamatan
Sepatan dibongkar paksa oleh
Pemerintah Kecamatan Sepatan dan Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan (DLHK) Kabupaten Tangerang, Jum’at (14/2/2020).
Camat Sepatan Dadang Sudrajat mengatakan, bahwa penumpukan
limbah atau sampah ini membuat
wilayah menjadi kumuh dan kotor.
Selain itu, limbah ini pun dikeluhkan
warga karena menimbulkan aroma yang tidak sedap.
Menurut Dadang, pengepul juga mengumpulkan limbah atau sampahnya di pinggiran Sungai Cirarab, Kampung Sarakan, Desa Pisangan Jaya, Kecamatan Sepatan. Kata dia, sebelum dibongkar, pemilik sempat diinformasikan pada Rabu (12/2) lalu, bahwa lapak limbahnya akan dibongkar.
“Kami mendapat aduan dan saya pun meninjau langsung sendiri, sehingga pada Rabu (12/2) lalu, kami rapat dengan Muspika Sepatan, kita undang juga pemiliknya, kita beritahukan bahwa akan ada pembongkaran,” kata Dadang kepada Wartawan, Jum’at (14/2/2020).
Dadang mengatakan, sampah atau limbah diangkut menggunakan armada DLHK dan dibuang ke Tem-pat Pembuangan Akhir (TPA) Jati-waringin. Menurutnya, si pengepul ini mendapatkan limbah atau sam-pah dari luar Kabupaten Tangerang. Dia juga mengatakan, bahwa pengepul boleh-boleh saja mengumpulkan limbah namun harus mengikuti aturan dari DLHK.
“Menurut pemilik, dia mendapatkan sampah itu dari luar Kabupaten Tangerang. Sebenarnya tidak salah dia melanjutkan kegiatan itu, hanya saja dengan dibina oleh Dinas Lingkungan Hidup. Artinya ada suatu
pemilhan bagaimana penanganan limbahnya dan sebagainya. Kalau ini kan contoh sampah yang berada di pemukiman dan tidak ngatur (beraturan) nih,” jelas Dadang.
Sementara itu, Pengawas DLHK Kabupaten Tangerang, Oka mengatakan, bahwa pengepulan sampah atau limbah di Kampung Sarakan, Desa Pisangan Jaya, Kecamatan Sepatan mirip seperti di Kecamatan Teluknaga. Dia menduga, bahwa sampah-sampah yang ditimbun di Kampung Sarakan berasal dari sumber yang sama dengan sampah yang ada di Teluknaga. Pasalnya, setelah dilakukan pembersihan di Teluknaga, para pemilik sampah banyak
yang mencari-cari lahan.
“Ini mirip dengan yang ada di Teluknaga. Bahkan setelah kita “hajar” yang ada di Teluknaga, banyak yang mencari-cari lahan. Ada yang ke Rajeg, lalu ke Sepatan. Ternyata ini memang ini ada nilai ekonominya,” pungkasnya. (Mad Sutisna)