Penabanten.com, Jakarta – JIKA kita anak atau keturunan ulama, ustadz terkemuka, pendiri pesantren, atau guru yang beraklaqulkarimah..
JIKA kita anak atau keturunan dari pejabat tinggi atau sosok kaya-raya yang berahlaqulkarimah
JIKA kita anak atau keturunan dari pengusaha kaya-raya yang berahlaqulkarimah
JIKA kita anak atau keturunan orang biasa-biasa saja, hidup sederhana, bahkan cenderung terancam miskin nan berahlaqulkarimah
SIAPAKAH kita sesungguhnya di hadapan-NYA?
TAK terbayangkan pula bila kita dengan segala status sosial tadi, lantas kita cenderung riya’ dan jauh dari berahlaqulkarimah, lantas siapakah kita di hadapanNYA?
DAN siapakah pula kita di hadapanNYA jika kita anak atau keturunan maling, kecu, rampok, atau koruptor atau sejenisnya, tetapi lantas kita hidup sederhana, sabar, dan beraklaqulkarimah?*
KEJARLAH kesahajaan sempurna di hadapan-NYA; Sederhana dalam keaslian dan penampilan; selalu berbagi kepada sesama tak hanya di kala berlebih; bersosialisasi bukan demi memengaruhi agar beroleh segudang pujian, popularitas, ilmu, demi keberkuasaan dan kekayaan.
Kekasih Allah sudah meneladankan ahlaqulkarimah dengan kesederhanaan nan asli, sabar dan tawaqal di setiap susah dan senang; mengasihi sesama, dan bersikap bukan sama sekali untuk menjauhi dan mencerca para pendosa, tetapi sebaliknya berempati mendekati dan membawanya ke dalam perubahan menuju kepada kebaikan
SUNGGUH dialah manusia biasa Muhammad Rasulullah Saw Sang Revolusioner Sejati sekaligus “content creator” kebaikan hidup nan begerak di jalan garis Allah Swt.
Tidak usah berpayah-payah, kita tinggal menirukan saja tanpa harus banyak keinginan alias rakus alias “cama”; melainkan mengutamakan kesahajaan dan kesabaran berlandaskan keimanan kepadaNYA
BERSERAH dirilah kepadaNYA.
Oleh : Suryadi, Pemerhati Budaya, Depok, Rabu 12 April 2023.